Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Melihat koleksi museum Aceh

Melihat koleksi museum Aceh
Museum Aceh menjadi objek wisata dari beberapa tempat wisata yang ada di aceh. Museum ini diresmikan oleh Menteri pendidikan dan kebudayaan Dr. Daoed Yoesoef sejak tanggal 1 September 1980. Dibangunnya museum ini juga memiliki fungsi sebagai media edukasi bagi generasi penerus bangsa.beralamatkan. 

Lokasi
Museum aceh ini lokasinya berada di Jl. Alauddin Mahmud Syah, Desa Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.  Letaknya juga cukup strategis, berada di jantung Kota Banda Aceh membuat setiap wisatawan domestik maupun mancanegara mampu dan mudah menjangkaunya.

Jam buka
Museum Aceh dibuka untuk umum setiap hari selasa - minggu pukul 08.30 – 12.00 WIB dan 14.00 – 16.15 WIB. Museum tutup pada hari senin dan hari libur nasional. 

Harga tiket masuk
Untuk harga tiket masuk museum ini, anak-anak harus membayar Rp. 2.000 sedangkan untuk wisatawan dewasa Rp. 3.000. Untuk wisatawan asing harga tiket masuk sebesar Rp. 5.000.

Koleksi dalam museum aceh
- Arkeologika
(Peninggalan benda-benda bersejarah dari zaman kerajaan Aceh pada masa lalu) seperti Beliung Persegi yang terbuat dari batu obsidien (alat ini digunakan untuk mengikis/ menyerut kayu), beliung Persegi yang terbuat dari batuan sedimen (alat ini dipergunakan untuk mengikis kayu), kapak Persegi yang terbuat dari batu lampung (tufa) (kapak persegi ini merupakan alat dari batu pada masa akhir neolitik atau masa perundagian), Beliung Persegi yang terbuat dari fosil kayu (alat ini dipergunakan untuk mengikis kayu)

Biologika 
(Aneka koleksi dari flora dan fauna yang sebelumnya telah diawetkan), seperti anak sapi berkepala dua (opset), beruang madu (cagee), biawak, buaya, dan lain-lain).

Etnografika 
(Beberapa benda peninggalan masa lalu yang mencerminkan hasil budaya dari bangsa Aceh); Diantara benda-benda tersebut ada yang masih digunakan hingga masa kini. Aneka benda tersebut antara lain alat pembelah pandan/”peraut”, alat pemintal benang (mini), alat penyukat, alat tenun, alat untuk mengangkut padi (bleued padee), anak peluru, aneuk keureusang, dan sebagainya.

Filologika 
(Terdapat beberapa naskah manuskrip di museum ini. Naskah-naskah tersebut merupakan peninggalan dari kerajaan-kerajaan Aceh pada masa lalu).

Geologika 
(Aneka benda yang berhubungan dengan geografi. Benda-benda tersebut dapat berupa mineral alam dan batu-batuan.) Geologika yang berada di museum ini antara lain batu lempung, batu andesit, batu gamping, batu sabak, batu mulia (kalsedon), permata kornelia, bijih timah hitam dan sebagainya.

Historika 
(Berbagai macam benda yang berasal dari zaman sejarah dan prasejarah), seperti bendera (alam), baju kerajaan (bajee raja), dan foto – foto.

Keramonologika 
(Aneka koleksi keramik yang pernah dimiliki oleh kerajaan-kerajaan Aceh.)

Numismatika 
(Alat bantu pada perdagangan masa lalu, seperti mata uang kuno. Mata uang tersebut (dirham) pernah digunakan oleh kerajaan Aceh. Selain itu, juga terdapat stempel kerajaan (heraldika)).

Seni Rupa 
(Museum ini juga memiliki aneka koleksi lukisan yang bersejarah).

Teknologika 
(Beberapa benda yang merupakan hasil karya dari penggunaan teknologi)

Lain - lain 
Dari sekian banyak koleksi, yang mampu menarik perhatian wisatawan adalah adanya lonceng kuno yang diperkirakan usianya telah mencapai 1.400 tahun. Lonceng tersebut dikenal dengan nama “Lonceng Cakra Donya” yang merupakan hadiah Kaisar Cina dari Dinasti Ming ke Kesultanan Pasai pada abad ke 15. Lonceng tersebut dibawa oleh Laksamana Ceng Ho saat perjalanannya ke nusantara.

BACA JUGA : SENSASI MASUK MUSEUM ACEH
Tak hanya itu, di dekat Museum Negeri Aceh ini juga terdapat kompleks makam dari Sultan Iskandar Muda. Museum ini juga memiliki naskah-naskah kuno atau manuskrip.

Wisatawan bisa juga meminta pemandu untuk mengantarkan berkeliling museum. Sudah disediakan pemandu bagi wisatawan, pemandu akan dengan sabar menjelaskan kisah sejarah tentang koleksi-koleksi yang ada di Museum Negeri Aceh ini. Disekitar museum juga terdapat taman yang dihiasi dengan tumbuhan hijau serta bunga sehingga menimbulkan suasana asri dan nyaman.

Fasilitas yang ada disini ,tempat parkir yang cukup luas, toilet pria dan wanita, mushola untuk beribadah serta dilengkapi pula dengan perpustakaan yang berisi ribuan buku tentang berbagai ilmu pengetahuan.

Wisatawan juga tak usah cemas jika merasa lapar, karena disekitar museum biasanya terdapat banyak sekali pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai kuliner. Selain itu, tak jauh dari museum wisatawan juga bisa menemukan warung dan rumah makan yang menawarkan kuliner khas Aceh. Museum juga memiliki toko souvenir untuk wisatawan yang ingin membeli oleh-oleh seperti pernak-pernik dan kaos Aceh.

Jika ingin menginap, tak jauh dari musem terdapat hotel dan penginapan yang bisa dipilih untuk bermalam. Berkunjung ke museum, memang menjadi sebuah pengalaman yang menarik serta menyajikan pengetahuan tentang sejarah Aceh.

Pembangunan Museum Aceh sendiri dilakukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh kala itu yang dijabat oleh Jenderal H.N.A Swart sekitar tahun 1915. Sedangkan untuk Kepala Museum sekaligus Kurator, ditunjuklah Friedrich Wilhelm Stammeshaus yang menjabat hingga tahun 1931.Sebenernya Stammeshaus merupakan seorang pekerja di bidang kesehatan yang bertugas untuk angkatan darat. Namun karena kecintaannya pada etnografi, serta benda bersejarah maka beliau setuju ketika ditunjuk sebagai kepala museum sekaligus merangkap kurator.



Pada kala itu, Museum Aceh ini masih berupa Rumoh Aceh yang berbentuk seperti rumah panggung dan konstruksinya bisa dibongkar pasang. Rumoh Aceh ini juga sempat mengikut sebuah Pameran Kolonial di Semarang. Dalam acara ini, sebagian koleksi dari Stammeshaus dipertontonkan serta ditambahkan beberapa koleksi yang merupakan peninggalan Kesultanan Aceh.

Dalam pameran tersebut, Rumoh Aceh berhasil memperoleh predikat sebagai pavilliun terbaik dan berhak membawa pulang hadiah berupa 4 medali emas, 11 perak, dan 3 medali perunggu dari berbagai kategori. Koleksi yang dimiliki Museum Aceh ini tergolong cukup lengkap. Wisatawan bisa melihat benda-benda bersejarah seperti mata uang kuno, keramik, guci, koleksi tentang geologi, dan masih banyak lagi.

Kebanyakan dari wisatawan yang berkunjung ke Museum Aceh ini juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama. Banyak sekali objek menarik yang bisa kamu gunakan berfoto seperti lonceng dihalaman luar museum, serta berbagai koleksi benda peninggalan sejarah didalam museum. Jika kamu hobi memotret, kamu juga bisa berkunjung ke museum ini untuk mencari objek memotret.

Hobi memotretmu akan terpuaskan dengan keanekaragaman spot menarik, seperti Rumoh Aceh, Lonceng, serta koleksi museum lainnya. Di museum ini kamu juga bisa memotret senjata-senjata ketika masa peperangan melawan Belanda seperti meriam, pistol kuno, rencong dan masih banyak lagi.

Mulanya, Pembangunan Museum Aceh sendiri dilakukan pada masa pemerintahan Hindia Belanda dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh kala itu yang dijabat oleh Jenderal H.N.A Swart sekitar tahun 1915. Sedangkan untuk Kepala Museum sekaligus Kurator, ditunjuklah Friedrich Wilhelm Stammeshaus yang menjabat hingga tahun 1931.Museum Aceh ini hanya memiliki satu bangunan yaitu di Rumoh Aceh yang merupakan rumah tradisional masyarakat Aceh. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah pun akhirnya melakukan renovasi, perbaikan dan juga penambahan gedung baru yang disebut Gedung Pameran Tetap. Tak hanya itu, pemerintah pun berusaha untuk semakin memperbanyak

Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi acuhan destinasi wisata yang layak anda coba.

Post a Comment for "Melihat koleksi museum Aceh"